lebaran

Lebaran Ketupat 2025: Waktu Perayaan, Sejarah, dan Maknanya

Lebaran Ketupat 2025: Tradisi Usai Puasa Syawal yang Sarat Makna

Lebaran Ketupat 2025 menjadi salah satu momen penting yang dirayakan masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah Jawa dan sekitarnya. Perayaan ini biasanya dilakukan seminggu setelah Hari Raya Idulfitri, tepatnya setelah umat Muslim menuntaskan puasa enam hari di bulan Syawal.

Walau tidak termasuk dalam hari besar Islam secara resmi, Lebaran Ketupat memiliki nilai budaya dan religius yang kuat. Tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun dan menjadi simbol kebersamaan serta kesempurnaan ibadah di bulan Syawal.

Kapan Lebaran Ketupat 2025 Dirayakan?

Perayaan Lebaran Ketupat biasanya jatuh pada tanggal 8 Syawal dalam kalender Hijriah. Jika Idulfitri 1446 H diperkirakan jatuh pada 31 Maret 2025, maka Ketupat akan diperingati pada Senin, 7 April 2025. Pada hari itulah, banyak warga yang menggelar open house, saling mengunjungi, hingga berbagi ketupat dan makanan khas lainnya.

Momen ini kerap dimanfaatkan untuk kembali menjalin silaturahmi dengan kerabat atau tetangga yang belum sempat dikunjungi saat Idulfitri. Selain itu, Ketupat juga menjadi ajang wisata dan ziarah keluarga di berbagai daerah.

Sejarah dan Asal Usul Tradisi Ketupat

Jejak sejarah Ketupat dipercaya berasal dari masa Wali Songo, khususnya Sunan Kalijaga. Beliau menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa dengan pendekatan budaya lokal agar lebih mudah diterima masyarakat. Salah satu bentuknya adalah memperkenalkan “bakda ” dan “bakda ketupat.”

Bakda lebaran merujuk pada Idulfitri yang dirayakan setelah Ramadan, sedangkan bakda ketupat adalah perayaan setelah menyempurnakan puasa sunah enam hari di bulan Syawal. Ketupat yang menjadi simbol utama perayaan ini memiliki makna filosofis mendalam, mulai dari bentuk anyaman yang merepresentasikan kesalahan manusia, hingga isinya yang putih bersih sebagai lambang hati yang telah disucikan.

Makna Filosofis Ketupat dalam Budaya Nusantara

Ketupat bukan sekadar makanan khas Lebaran, tapi juga mengandung pesan spiritual. Kata “ketupat” oleh sebagian masyarakat diartikan sebagai ngaku lepat, atau mengakui kesalahan. Tradisi ini mengajak umat untuk terus memperbaiki diri setelah menjalani bulan penuh pengampunan.

Bentuk ketupat yang dibungkus janur melambangkan keterkaitan antarumat dan tali silaturahmi, sementara isinya melambangkan kemurnian dan keikhlasan hati. Karena itulah, momen ini selalu diisi dengan semangat saling memaafkan dan mempererat hubungan antarindividu.

Perayaan Unik di Berbagai Daerah

Setiap wilayah memiliki cara unik dalam merayakan Ketupat. Di Gresik, Jawa Timur, masyarakat menggelar tradisi kupatan dengan kirab budaya dan membagikan ketupat secara massal. Sementara itu, di Solo dan Yogyakarta, tradisi ini identik dengan kupat lepet yang dibagikan kepada tamu dan tetangga sebagai bentuk sedekah dan syukur.

Di Lombok, Nusa Tenggara Barat, perayaan dikenal dengan istilah Lebaran Topat. Warga berbondong-bondong ke makam leluhur untuk berziarah, lalu berpiknik bersama keluarga besar di pinggir pantai atau tempat umum. Semua ini menegaskan bahwa Lebaran Ketupat bukan hanya soal makanan, tetapi juga tentang budaya dan spiritualitas.

Kesimpulan: Merayakan Syawal dengan Jiwa yang Lebih Bersih

Lebaran Ketupat 2025 bukan sekadar penutup dari rangkaian ibadah Ramadan dan Syawal, melainkan cerminan dari nilai luhur Islam dan budaya lokal. Ia menjadi momentum untuk introspeksi, mempererat persaudaraan, dan mensyukuri nikmat kebersamaan.

Meski bukan bagian dari ibadah wajib, Lebaran Ketupat tetap memiliki tempat spesial di hati masyarakat Indonesia. Di balik sepiring ketupat, tersimpan makna mendalam tentang kesederhanaan, keikhlasan, dan semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

More From Author

Tiga

Tiga Korban Tewas Tertimpa Beringin saat Salat Id di Pemalang Jadi 3 Orang

hujan

Kota Tua Tetap Ramai Dikunjungi di Libur Lebaran Meski Diguyur Hujan